Selasa, 20 November 2012
Minggu, 20 Mei 2012
Pesan Perjuangan dari seorang Prof. Widjajono Partowidagdo demi Kedaulatan, Kemandirian dan Ketahanan Energi Republik Indonesia
"Indonesia merupakan negara yang lucu. Pasalnya, Indonesia memiliki sumber energi murah yaitu batubara, tetapi justru batubara tersebut malah diekspor. Sedangkan Indonesia memilih impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harganya lebih mahal. ”Indonesia negara lucu, ekspor yang murah, tapi impor yang mahal. Orang yang gak kaya minyak tapi pakai yang mahal. Orang miskin kalau pakai yang mahal maka akan susah hidupnya,” tegas Widjajono saat ditemui di Ballroom Hotel Kempinski Jakarta, Jumat (30/3/2012). Widjajono heran dengan kultur masyarakat Indonesia yang justru bangga dengan jumlah mobil yang banyak meskipun bahan bakarnya masih disubsidi. “Mobil di Singapura itu 5 tahun ganti, tapi di Indonesia malah bangga mobil tambah meskipun BBM-nya disubsidi,” pungkasnya (detikFinance.com, 30/3/12). Lebih dari itu, negara ini juga pas disebut negara aneh. Pasalnya memang banyak keanehan dalam pengaturan negara ini. Berikut sebagian diantara keanehan yang terjadi di negeri ini:
Pertama, semua orang di dunia akan sangat takjub dengan melimpahnya kekayaan negeri ini. Hampir semua bentuk kekayaan alam ada di negeri ini. Namun anehnya, kekayaan itu tidak bisa membuat rakyatnya hidup makmur. Menurut data BPS: (http://www.bps.go.id/tab_sub/ view.php?tabel=1&daftar=1&id_ subyek=23¬ab=1 ) pada tahun 2011 orang miskin di negeri ini masih ada 11.046.750 orang di kota, ada 18.972.180 orang di desa dan secara total di negeri ini masih ada 30.018.930 orang miskin. Itu pun dengan ukuran garis kemiskinan di kota Rp 253.016,- per bulan, di desa Rp 213.395,- perbulan dan secara gabungan ukuran garis kemiskinan jika pengeluaran Rp 233.740,- perbulan. Orang yang disebut miskin di negeri ini jika pengeluarannya kurang dari Rp 7.790,- perhari. Padahal dengan pengeluaran sebesar itu per hari hanya cukup untuk sekali makan dengan lauk ala kadarnya.
Kedua, dengan melimpahnya kekayaan negeri ini, ternyata pendapatan negeri ini termasuk dari hasil pengelolaan bermacam kekayaan alam itu tidak cukup untuk membiayai belanja negara sehingga kekurangannya ditutup dengan mencari utang baik dari dalam negeri dalam bentuk Surat Berharga Negara dan dari luar negeri. Jumlah utang pada akhir Januari 2012 yang telah mencapai Rp 1837,39 triliun. Jumlah itu jika dibagi dengan jumlah penduduk 239 juta maka tiap orang penduduk temasuk bayi yang baru lahir sekalipun terbebani utang sebesar Rp 7,688 juta. Keanehan ini makin menjadi. Negara ini sangat patuh dalam membayar cicilan utang pokok dan bunganya tiap tahun. Normalnya, orang berutang itu hanya sementara, sesekali, tidak seterusnya dan punya rencana atau skenario untuk melunasi utangnya. Itu normalnya. Tapi hal itu tak terlihat dalam hal utang negeri ini. Utang seolah menjadi sesuatu yang tetap. Tiap tahun harus ada. Hal itu diantaranya adalah akibat tipuan doktrin anggaran berimbang. Sayangnya terlihat tidak ada rencana atau skenario mengakhiri utang itu. Di dalam Buku Saku Perkembangan Utang Negara edisi Februari 2012 bahkan sudah ada prediksi besaran cicilan utang pokok dan bunga hingga tahun 2055 dan itu bukan akhir dari cicilan utang. Normalnya, utang itu sifatnya emergensi/darurat, tapi anehnya dalam pengelolaan negeri ini, utang justru bersifat baku, tetap dan kontinu. Jelas ini adalah aneh dan abnormal. Lebih aneh lagi, ternyata cicilan utang selama ini tidak mengurangi jumlah utang. Padahal cicilan utang itu jika diakumulasi sudah melebihi akumulasi utangnya sendiri. Akumulasi pembayaran cicilan utang baik bunga maupun pokok selama 12 tahun antara tahun 2000-2011 mencapai Rp 1.843,10 triliun. Tapi anehnya, jumlah utang negara tidak berkurang tapi justru bertambah. Utang negara per 3 Januari 2012 mencapai Rp 1.837,39 triliun. Kalau dikatakan utang itu untuk membiayai pembangunan, maka bisa jadi itu bohong besar. Sebab sejatinya utang yang diambil itu adalah untuk membayar cicilan utang. Ambil contoh tahun 2012 ini. Di dalam APBN-P sudah ditetapkan defisit sekitar Rp 190,1 triliun atau 2,23% dengan rencana akan ditutupi dari pembiayaan (utang) dalam negeri sebesar Rp 194,5 triliun dan pinjaman luar negeri sebesar minus Rp 4,4 triliun (artinya total pinjaman LN berkurang Rp 4,4 triliun). Ternyata jumlah itu habis dan tidak cukup untuk membayar cicilan utang. Di tahun 2012 besarnya cicilan utang mencapai Rp 261,1 triliun (cician pokok Rp 139 triliun dan cicilan bunga Rp 122,13 triliun). Bahkan jika mengacu pada Buku Saku Perkembangan Utang Negara edisi Februari 2012 yang dikeluarkan oleh Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan di halaman 46 disebutkan, pagu APBN-P 2012 untuk pembayaran cicilan utang (pokok dan bunganya) mencapai Rp 322,709 triliun, terdiri dari cicilan pokok utang Rp 200,491 triliun dan cicilan bunga Rp 122,218 triliun. Cicilan pokok utang itu terbagi dalam cicilan pokok pinjaman Rp 47,400 triliun (pinjaman DN Rp 140 miliar dan pinjaman LN Rp 47,260 triliun) dan cicilan pokok Surat Berharga Negara (SBN) Rp 153,091 triliun (SBN Rupiah Rp 152,091 triliun dan SBN Valas Rp 1 triliun). Sementara cicilan bunga Rp 122,218 triliun itu, terdiri dari cicilan bunga pinjaman Rp 17,887 triliun ( bunga pinjaman DN Rp 225 miliar dan bunga pinjaman LN Rp 17,662 triliun) dan cicilan bunga SBN Rp 104,331 triliun (bunga SBN Rupiah Rp 88,278 triliun dan SBN Valas Rp 16,052 triliun). Jadi seluruh utang yang ditarik di tahun 2012 sebenarnya bukan untuk membiayai pembangunan tetapi untuk membayar cicilan utang dan itupun belum cukup dan harus mengurangi alokasi APBN yang seharusnya bisa untuk membiayai pembangunan.
Ketiga, subsidi secara umum khususnya subsidi BBM dirasakan memberatkan pemerintah dan menjadi beban APBN sebab menyedot alokasi APBN. Padahal istilah subsidi BBM itu masih dipertanyakan. Soalnya, istilah subsidi itu seolah pemerintah mengeluarkan uang dari kantongnya untuk dibayarkan kepada rakyat atau untuk nomboki pembelian BBM. Banyak kalangan menilai istilah subsidi BBM itu tidak tepat sebab yang sebenarnya adalah berkurangnya potensi pemasukan kepada kas pemerintah yang berasal dari migas. Soalnya diasumsikan BBM itu dijual ke pasar internasional dengan harga pasar internasional. Namun karena BBM dijual di dalam negeri dengan harga murah di bawah harga pasar internasional, artinya ada potensi pemasukan yang hilang dan itulah yang dinamakan subsidi. Nah jika yang seperti itu dianggap memberatkan pemerintah dan membebani APBN, anehnya, pembayaran cicilan pokok dan bunga utang tidak pernah dianggap memberatkan pemerintah dan membebani APBN. Padahal jumlahnya jauh lebih besar dari besaran subsidi. Dan pembayaran cicilan pokok dan bunga utang itu artinya uang benar-benar keluar dari kantong pemerintah, dan bukan hanya berkurangnya potensi pemasukan.
Keempat, pemerintah negeri ini begitu ngotot menaikkan harga BBM bersubsidi. Diantara alasannya adalah untuk penghematan. Jika harga BBM dinaikkan, penghematan bisa mencapai Rp 53 triliunan. Anehnya, pemerintah tidak terlihat ngotot menghilangkan anggaran-anggaran yang boros dan lebih berkesan kemewahan. Contohnya, anggaran kunjungan yang lebih bernuansa plesiran yang mencapai Rp 21 triliun, atau anggaran beli baju Presiden, Wapres, Gubernur, Wagub, Bupati/Walikota dan wakilnya, anggaran pembangunan atau renovasi gedung DPR yang sudah bagus, anggaran fasilitas bagi para pejabat, mobil dinas, dsb. Anehnya lagi, pemerintah tidak terlihat ngotot membenahi penggunaan anggaran yang selalu saja penyerapannya numpuk di akhir-akhir tahun yang kemudian rawan pemborosan, inefisiensi, tidak efektif dan rawan diselewengkan. Lebih aneh lagi, pemerintah juga tidak terlihat ngotot memberantas korupsi dan menyita harta koruptor termasuk mengejar uang negara yang dikemplang dalam kasus Centruy, BLBI dan lainnya?
Kelima, pemerintah bekerja keras meyakinkan bahkan terkesan memaksa rakyat untuk memahami dan menerima rencana kenaikan harga BBM. Anehnya, pemerintah tidak terlihat bekerja keras atau bahkan memaksa kontraktor-kontraktor tambang dan migas agar bagian pemerintah lebih besar lagi atau untuk menaikkan royalti yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Sekedar contoh, tak terlihat kerja keras dan paksaan pemerintah kepada PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk menaikkan royalti PTFI sekedar agar sesuai dengan ketentuan PP No 45/2003, yaitu royalti emas 3,75 persen, tembaga 4 persen dan perak 3,25 persen. Bayangkan saja, selama ini royalti yang diterima negara dari PTFI untuk emas 1%, untuk tembaga 1,5% (jika harga kurang dari US$ 0.9/pound) sampai 3.5% (jika harga US$ 1.1/pound) dan untuk perak 1,25 %. Hal yang kurang lebih sama juga terjadi pada kontrak karya atau kontrak bagi hasil pertambangan lainnya.
Keenam, Pemerintah berkeluh kesah dan merasa berat harus mensubsidi BBM untuk rakyat dengan jalan menjual BBM kepada rakyat di bawah harga internasional. Karenanya subsidi BBM harus dikurangi atau bahkan dihilangkan alias BBM harus dijual mengikuti harga pasar internasional. Dengan itu akan didapat penghematan Rp 53 triliunan pertahun. Menjual BBM kepada rakyat dengan harga murah dianggap pemerintah sebagai beban. Anehnya, gas dijual ke Cina dengan harga super murah, tapi pemerintah tidak pernah berkeluh kesah dan merasa berat. Padahal menurut anggota BPH Migas, A. Qoyum Tjandranegara, potensi kerugian negara tahun 2006-2009 mencapai 410,4 T. Itu sama saja mensubsidi rakyat Cina Rp 100 triliunan lebih pertahun. Belum lagi ditambah kerugian tak langsungnya akibat PLN tidak bisa mendapat gas karena dijual ke luar negeri dan PLN harus memakai BBM yang harganya mahal sehingga PLN harus mengeluarkan biaya lebih banyak sekutar 37 triliun pertahun.
Aneh sekali, pemerintah merasa sangat berat hati mensubsidi rakyatnya, pada saat yang sama pemerintah sama sekali tidak merasa berat bahkan merasa senang mensubsidi rakyat negara lain yaitu rakyat Cina."
Pergerakan Optimisme Pemuda Untuk Kemajuan Indonesia
Dewasa ini berbagai sikap pesimisme sedang melanda Negara kita, Negara Indonesia, dimana sikap pesimisme ini justru datang dari para pemuda yang notabene adalah generasi penerus bangsa dan pengganti pemimpin Indonesia yang sekarang. Banyak kasus yang sedang melanda Indonesia dimana hal-hal itu menyababkan persepsi masyarakat menjadi pesimis akan kemajuan bangsa. Berbagai hal itu bisa kita ambil contoh adalah teror bom, disrespect, careless, bencana banjir, korupsi, dan pelemahan moral di kalangan remaja. Semangat optimisme untuk kemajuan bangsa seakan jarang terdengar. Tapi ingat, sikap pesimisme yang sering terjadi saat ini cenderung ada pada kalangan yang tidak peduli akan bangsanya. Mereka telah terisolasi oleh budaya barat dan paham liberalismenya. Mereka anggap bekerja dan menetap di luar negeri lebih menggiurkan daripada bekerja dan menetap di Indonesia. Tapi apakah mereka pernah sadar bahwa Negara kita merupakan Negara yang penuh akan sumber daya alam dimana Negara-negara lain tidak punya persediaan tersebut. Apakah mereka tidak sadar Negara ini merupakan salah satu Negara maritim terbesar di Asia Tenggara. Dengan campur tangan asing, Negara kita seakan masih saja terjajah. Bayangkan, perusahaan-perusahaan multinasional semakin merajalela membajak lapangan pekerjaan di Negara kita. Itu semua disebabkan pesimisme pemuda kita. Pemuda kita seharusnya harus bisa menumbuhkan semangat optimisime pada masyarakat. Kita harus memulai pergerakan optimisme demi kemajuan bangsa ini.
Sikap optimisme pada pemuda-pemuda bangsa harus segera digerakkan, kita harus yakin Negara ini bisa maju dan menjadi pesaing utama Negara-negara adidaya diluar sana. Efek globalisasi jangan dijadikan alasan atas terjadinya krisis optimisme di Indonesia. Optimis bahwa sumber daya manusia yang kita miliki merupakan salah satu manusia-manusia terbaik yang ada di dunia. Ketertinggalan teknologi, ekonomi, maupun pertahanan dan keamanan bisa kita kejar dengan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya sumber daya alam yang dimiliki Negara ini. Pergerakan pemuda dalam menyebarkan sikap optimisme pada bangsa bisa direalisasikan dengan gencar membuat lapangan pekerjaan dan bekerjasama membangun Negara dengan rasa nasionalisme kebangsaan. Berantas pemerintahan yang bobrok karena korupsi dimana-mana dengan menghukum seberat-beratnya oknum yang tidak bertanggungjawab. Suarakan sikap optimisme di setiap sanubari pemuda Indonesia. Coba bayangkan, apabila blok migas kita yang sangat banyak bertebaran di seluruh wilayah negeri bisa kita kelola dan kuasai sendiri tanpa bantuan asing, saya yakin tidak sampai 20 tahun lagi kita bisa menjadi Negara adidaya. Optimis bahwa kita bisa mengelola sumber daya alam Negara kita sendiri. Yakin bahwa pemuda-pemuda Indonesia mampu mengelola Negara ini dari ujung Sabang sampai Merauke.
Rasa optimisme di setiap pemikiran pemuda Indonesia akan membawa bangsa ini akan menjadi lebih baik untuk bersaing dalam kancah global. Ketahanan energi, pangan, maupun pendidikan menjadi sebuah permasalahan yang harus diselesaikan bersama. Tanggungjawab itu ada di setiap pundak masyarakat Indonesia yang sadar akan kebesaran bangsanya ini. Kesadaran akan kemajuan bangsa akan membawa sikap optimisme untuk melakukan semua pekerjaan dengan lebih baik untuk memajukan bangsa kita dan membawa Negara ini mampu bersaing dengan Negara lainnya. Pemanfaatan sumber daya alam dengan tangan-tangan murni bangsa Indonesia seharusnya mampu menjadikan keuntungan yang besar untuk Negara. Me-nasionalisasi-kan semua perusahaan asing dan menggantinya dengan pengelola dari bangsa kita sendiri merupakan salah satu solusi tepat untuk Indonesia. Tanpa disadari, perusahaan-perusahaan asing yang mencari ladang pekerjaan di Indonesia merupakan salah satu bentuk penjajahan semu atas Negara kita. Sumber daya alam kita dihabiskan untuk keperluan mereka. Mereka mempunyai teknologi yang maju, yang notabene para insinyur-nya banyak yang berasal dari Negara kita. Seandainya para ilmuwan-ilmuwan bangsa ini dengan rasa percaya diri membuka lapangan pekerjaan yang dikelola murni oleh bangsa kita sendiri, kemajuan bangsa tidak lagi hanya sebuah angan-angan. Tapi itu semua akan segera terealisasi.
Persaingan global yang semakin ketat membuat seluruh elemen masyarakat harus berjibaku tolong menolong dalam membangun sebuah Negara maju. Majau dalama teknologi, ekonomi, maupun pertahanan dan keamanan. Indonesia saat ini berpeluang mengejar ketertinggalan dari Negara-negara adidaya dunia seperti amerika serikat yang unggul di segala bidang. Optimisme kemajuan Indonesia perlu disebarkan kepada semua elemen baik itu orang-orang di pemerintahan, masyarakat pelaku industry kecil, menengah maupun besar. Krisis global yang sedang melanda dunia internasional berdampak signifikan terhadap persaingan ekonomi antar Negara. Krisis di eropa semakin merajalela dan hal itu merupakan sebuah peluang yang harus dimanfaatkan oleh Negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk meningkatkan secara tajam semua bidang dari ekonomi, pendidikan. Pertahanan dan keamanan, maupun teknologi. Tiongkok yang beberapa puluh tahun berada jauh di bawah Indonesia, sekarang bisa berubah menjadi salah satu kekuatan terbesar ekonomi di dunia. Hal itu merupakan salah satu contoh yang harus dilihat oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa besar di asia tenggara. Sebagai Negara maritim yang merupakan jembatan perdagangan dari asia ke Australia maupun asia ke amerika, pertumbuhan ekonomi kita cukup memperlihatkan kemajuan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Pendapatan per kapita kita semakin tahun semakin meningkat. Dan bangsa kita berharap 10 sampai 20 tahun lagi kita mbisa menikmati hasil usaha dari perjuangan optimisme. Optimism pemuda-pemuda generasi penerus bangsa. Generasi perubah bangsa. Generasi yang dibanggakan dan diharapkan membawa angin perubahan pada Negara yang besar ini. Negara yang indah ini.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar. Kita mempunyai sumber daya alam yang banyak. Kita merupakan Negara maritim terbesar di dunia. Kita mempunyai keindahan hutan hujan tropis yang hanya satu-satunya di dunia. Kita mempunyai stok pemuda-pemuda berkarakter kuat dengan rasa nasionalisme kebangsaan yang tinggi. Kita mampu bersaing dengan Negara-negara adidaya. Kita bangsa Indonesia mempunyai kekuatan yang disegani. Kita mempunyai kelebihan di bidang energi, pangan, maupun pendidikan. Kita bangsa Indonesia mapu bersaing dalam ketatnya persaingan global. Kita bangsa Indonesia mampu survive diatas semua krisis yang melanda global. Kita bangsa Indonesia, mempunyai keberanian untuk mengubah sikap pesimisme menjadi sebuah optimisme yang membangun. Semua itu milik kita, bangsa Indonesia yang besar. Kita, warga Negara Indonesia, pasti bisa membawa Negara Indonesia menjadi yang lebih baik dan bermartabat di kancah internasional. Bangsa kita bukan bangsa yang lemah, bukan bangsa yang miskin, bukan bangsa yang bodoh. Ingat, Negara ini akan maju apabila para pemuda mempunyai sikap optimis tinggi. Optimis untuk Indonesia, optimis untuk kemajuan bangsa, optimis untuk Indonesia bersinar. Indonesia tanah air beta. Disana tempat lahir beta. Sisngsingkan lengan baju anda, dan teriakkan indonesia bisa. Sekali lagi, hidup bangsa Indonesia. Hidup tanah air kita. Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku. Indonesia raya, merdeka, merdeka. Hiduplah Indonesia Raya !
Revi Adikharisma
Alumni ITS
Alumni ITS
Jumat, 06 Januari 2012
Pasanganku .
Seorang pria yang buta, di tepi danau, ditemani sambil dituntun kekasihnya
Si pria tersebut bertanya ” Apakah kita sudah sampai??”
“Sudah sampai sayangku” kekasihnya menjawab dengan penuh pengertian
Tak lama kemudian pria tersebut bertanya kembali..
Apakah banyak ikan yg terlihat olehmu…
Wanita tersebut pun menjawab sedikit mulai gelisah.. Ya lumayan banyak yg terlihat.
Kemudian pria tersebut kembali bertanya
“Apakah terlihat yg memancing di danau ini, agar aku dapat berbincang dgn para pemancing tersebut.
Dengan nada kesal kekasihnya menjawab “ya ada kok, lalu apakah semua harus dilaporkan kepada dirimu?
Air menetes perlahan pada pria tersebut, apakah kau merasa ak tidak bersedih karena aku tak melihat? Kau kembali menunjukkan kelemahanku
Asalkan dirimu tahu, aku pun kecewa akan keadaanku, bukankah sebelum ak berpasangan denganmu,<em> aku menerima kebutaanmu, dan akhirnya ak berikan mataku agar kau dapat melihat keindahan apa yg aku lihat selama ini.</em>
Aku membagikannya agar kau bahagia dengan apa yang ada di bumi selama ini yang tak terlihat olehmu.
Sang Kekasih pun terdiam…dan segera memeluk pria tersebut dan menangis dengan erat.
Pernahkah anda memikirkan perasaan pasanganmu, terkadang apa yg dia berikan melebihi pemikiran kita, waktu dia menerimamu berarti dia menerima kekuranganmu
Apakah Anda Marah dengan Dia sekarang ?
Apakah anda merasa pernah cuek dengan Dirinya ?
Apakah km pernah belajar untuk memikirkan apa yg Dia pikirkan?
TIDAK PERNAH kan?
sebenernya apa yg dipikirkan pasanganmu ?
Sebuah Rasa Takut
Takut tidak bisa melihat kita senyum, ketawa dari cinta yg kita berikan padanya
Semua itu karena dia sayang dan peduli terhadap dirimu.
Sayangilah pasanganmu sekarang juga.
Langganan:
Postingan (Atom)